Misteri dan Cerita Lengkap
Pasangan Muda Bunuh Mahasiswi Ade Sara
Kepolisian Resor Bekasi Kota (Polresta) berhasil menangkap dua
pelaku yang diduga membunuh mahasiswi Universitas Bunda Mulia, Ade Sara
Angelina Suroto, 19 tahun. Mereka adalah Ahmad Imam Al-Hafitd dan Assyifa
Anggraini, 19 tahun, sepasang kekasih. Belakangan diketahui ketiganya adalah
alumni SMA 36 Jakarta Timur.
Diduga Hafitd membunuh Ade
Sara karena sakit hati. Sebab, korban tidak mau lagi menemui Hafitd. Sedangkan
Assyifa cemburu karena kekasihnya masih berhubungan dengan korban.
Polresta Bekasi Kota masih menyelidiki dugaan adanya pelaku lain dan
motif pembunuhannya.
Ade Sara diduga dibunuh
sepanjang perjalanan Jakarta Selatan-Jakarta Timur di dalam sebuah mobil Kia
Visto. Di dalam mobil itu, Rikwanto melanjutkan, korban dipukul dan
disetrum oleh pelaku. “Korban kemudian pingsan. Saat Ade Sara pingsan,
pelaku menyumpal mulut korban dengan kertas koran. Ketika korban diketahui
sudah meninggal, pelaku membuangnya di Jalan Tol Bintara Kilometer 41, Bekasi
Timur, pada Rabu, 5 Maret 2014, pukul 04.00.
Cara Pembunuhan :
Hafitd
beberapa kali menghubungi dan meminta bertemu dengan korban. Namun, permintaan
tersebut tidak digubris. Karena tak diindahkan, Hafitd meminta Assyifa
untuk janjian dengan korban di daerah Gondangdia pada hari Selasa, 4 Maret
2014. Saat itu korban hendak les. Korban juga sempat mengirim pesan singkat ke
temannya bahwa mau ketemuan dengan pacar mantannya. Tak jauh dari situ, Hafitd
telah menunggu.
Korban dan Assyifa lantas
bertemu. Tak lama Hafitd datang dengan mobil. Kedua pelaku memaksa korban untuk
masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil itulah terjadi penganiayaan dan
penyetruman sampai pingsan. Ade Sara Angelina Suroto (19) dianiaya
pembunuhnya dengan cara disetrum menggunakan alat kejut listrik. Benda tersebut
diketahui merupakan milik Ahmad Imam Al Hafitd (19). Alat kejut listrik
milik Hafitd itu memiliki tegangan 3.800 kv. Alat itu disetrumkan berkali-kali
ke sejumlah bagian tubuh korban. Ada yang di perut, di dada, di kaki ada. Yang
melakukan penyetruman tersebut adalah Hafitd. Asyifa, pacar baru Hafitd,
berperan memukul korban. Alat kejut listrik itu, kata Nuredi, sudah
dimiliki Hafitd kurang lebih satu tahun dan dibeli pelaku di ITC Cempaka Mas.
Pihaknya belum menanyakan ke pelaku apa dasar menggunakan benda tersebut.
Saat korban pingsan, pelaku menyumpal mulut korban dengan kertas
koran. Berdasarkan keterangan dokter, penyebab meninggalnya korban dikarenakan
koran yang menyumpal di tenggorokan.
Setelah Ade Sara meninggal,
mobil KIA Visto B-8328-JO yang dibawa Hafitd mendadak mogok di dekat Apartemen
ITC Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa, 4 Maret 2014. Tersangka lalu meminta
bantuan sopir taksi untuk mengecas aki sampai mobil dapat hidup kembali. Korban
tetap berada di dalam mobil.
Setelah mobil hidup,
tersangka melanjutkan perjalanan. Namun, hanya sekitar 200 meter, mobil yang
dibawa kembali mengalami masalah. Tersangka pun meminta bantuan warga untuk
mengisi aki kembali. Mobil kembali jalan, tiba-tiba mati lagi. Kondisi itu
berulang beberapa kali dan membuat Hafidt membawa mobil ke bengkel, juga
meminta bantuan temannya. Menjelang petang, mobil dimasukkan ke bengkel,
sedangkan jasad Ade Sara masih berada di dalam mobil bagian belakang dengan
ditutupi kain pasmina milik tersangka Assyifa. Setelah mobil hidup, Hafitd
hendak membuang jenazah Ade Sara di Salemba, tapi tidak ada tempat aman.
Hafitd kemudian melanjutkan perjalanan dan berputar-putar di
wilayah Jakarta Timur. Akhirnya pelaku masuk pintu Tol Bintara Bekasi Barat.
Persis di Kilometer 49, Ade Sara dibuang di pinggir jalan tol pukul 21.00 WIB.
Pelaku menuju Jatiasih. Dalam perjalanan membuang barang-barang berupa tissu,
koran, dan dompet korban. ”HF dan Asifah sudah berencana seminggu
sebelumnya akan menghabisi korban,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya
Kombes Rikwanto .
Setelah membunuh handphone
(HP) Sara dijual Hafitd untuk membeli aki. Usai menyiksa dan Sara tewas, mobil
Hafitd mogok tiga kali. Pertama dia mememinta bantuan sopir taksi, setelah
mobil jalan mogok lagi lalu Hafitd membawanya ke bengkel. Tak berapa lama
kemudian mogok lagi Hafitd kemudian meminta teman membawa aki. Mobil Kia Visto
yang dikendarai Ahmad Imam Al-Hafitd mogok tiga kali saat tengah membuang
jenazah Ade Sara Angelina Suroto, 19. Ia pun membeli aki baru. Hafitd menjual
HP milik Sara untuk membeli aki tersebut. Hafitd mendapatkan Rp4 juta dari
penjualan HP itu. Hafitd menjual HP milik korban ke ITC Cempaka Mas, Jakarta
Pusat.
Paska pembunuhan :
Setelah membunuh, Hafidt
dan Assifa mengungkapkan rasa duka di media sosial. “Ya Allah
innalilahiwainalilahirajiun.. Semoga diterima disisi nya ya Tuhan, maafkan
kesalahan…,” begitu cuit akun Twitter Hafidt @HafitdASO pada Rabu, 5 Maret 2014
lalu di situs jejaring sosial Twitter.
Hal serupa dilakukan Assifa. Melalui akun @ASSYIFARS, Assifa
mengutip cuitan kawannya soal kabar meninggalnya Ade Sara. “@rasha_prl: Tenang
disana ya de. Tuhan selalu menyertaimu :’) @adesaraa,” cuit akun milik Assyifa.
Selain mengecoh dengan
membuat status berduka di media sosial, kedua pelaku juga melayat korban Ade
Sara. Namun, akal bulus ini gagal memperdaya polisi. Polisi menangkap Hafidt
saat tengah melayat. Menurut Kepala Polresta Bekasi Kota Komisaris Besar Priyo
Widiyanto, Hafitd ditangkap saat melayat Ade Sara di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, Kamis, 7 Maret 2014. Sejam kemudian, polisi menangkap Assyifa di
Universitas Kalbis, Pulomas, Jakarta Timu
Polisi menangkap dua kawan
Ade Sara Angelina Suroto secara berurutan. Keduanya, Ahmad Imam Al-Hafitd dan
Assyifa Anggraini, 19 tahun, adalah sepasang kekasih. Hafitd dan Assyifa diduga
membunuh Ade Sara–kawan lama mereka saat sekolah di SMA 36 Jakarta
Timur. Hafitd ditangkap saat melayat Ade Sara di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, Kamis, 7 Maret 2014.
Salah seorang teman Ade
Sara Angelina Suroto, 19. Teman yang bernama Stella itu mengatakan sesaat
setelah melayat, sebuah kertas kecil bertuliskan “Mampus lo” ditemukan di dekat
jenazah Ade Sara. Stella pun menuliskan pernyataan bernada umpatan untuk
tersangka pembunuhan, yaitu Assyifa Ramadhani dan Ahmad Imam Al Hafitd. Stella
juga mengungkapkan kertas bertuliskan “Mampus Lo” itu telah ditemukan di dekat
peti jenazah mahasiswi Universitas Bunda Mulia (UBM) Jakarta ini.
“Bilang
juga sama cewe lo. Gue, nyokap gue, nyokap Sara, bokap Sara, berdoa buat kalian yg terbaik,
btw makasih ya di samping jenazah Sara kalian ninggalin kertas bertuliskan ‘Mampus lo’. Sori
bgt gue buka nih pit.
Semoga proses masuk sel untuk kalian berdua penuh keadilan ya. God
bless you for you’ve don, pit,” kata Stella di media sosial.
Screenshot pernyataan ini
banyak digandakan pengguna Twitter dan tersebar di microblogging berlogo burung
itu. Di kalangan teman-teman Ade Sara, umpatan yang diduga dari Assyifa
Ramadhani ini beberapa kali didengungkan. Hal yang sama juga ditemui di akun
teman Syifa.
Dalam
sebuah pernyataannya, seorang teman Syifa yang bernama Hezki menyatakan sempat
menemui akun Twitter Syifa mengumpat Sara sesaat setelah membunuhnya. Kata
Hezki, kicauan ini lantas dihapus dan berganti jadi ucapan belasungkawa.
“Mampus lo Sara meninggal,” ujar Hezki menirukan kicauan di Twitter Sara
dilansir Detik, Kamis (6/3/2014). Menurut
Hezki, kicauan ini muncul pada 6 Maret 2014 pukul 12.00 WIB atau sesaat sebelum
Hafitd ditangkap polisi. Dia menduga tweet itu menjadi petunjuk polisi untuk
menangkap Hafitd. Hafitd ditangkap pada Kamis (6/3/2014) pukul 16.00 WIB. Dia
ditangkap di RSCM pada saat melayat korban.
Namun
hingga kini, keberadaan kertas bertuliskan umpatan tersebut masih misteri.
Ketika aparat Polresta Bekasi menggelar barang bukti kejahatan Hafiz dan Syifa,
kertas tersebut tak ditemukan. Sementara itu, teman almarhum semasa sekolah,
Nabila, 18 mengatakan tidak pernah melihat kertas itu. “Enggak, saya enggak
lihat sama sekali,” kata Nabila seperti dikutip dari Sindonews.com,
Rabu (12/3/2014). Nabila hanya mengetahui umpatan itu muncul di status Facebook
teman Sara. “Ada akun Pangeran Pede mengatakan kata-kata kasar itu,” katanya.
Pihak keluarga Sara juga tidak bisa memastikan hal tersebut. “Saya tidak bisa
memastikan ada atau tidaknya kertas itu, saya tidak memikirkan hal itu,” kata
Suroto.
Perilaku Ahmad Imam Al-Hafitd :
Perilaku
Ahmad Imam Al-Hafitd, yang diduga membunuh Ade Sara Angelina Suroto, yang juga
mantan kekasihnya. Menurut Indah, ia dan teman-teman satu sekolah di SMA 36
Jakarta Timur mengenal Hafitd sebagai pribadi pemarah. Hafitd sering ngomong kasar dan pemarah
orangnya. Selain itu, Hafitd dikenal pilih-pilih dalam bergaul. “Dia kan
orang kaya, anaknya dokter. Jadi, kalau temenan sama
orang yang sederajat dengannya,” kata beberapa temannya. Sehingga Hafitd itu
memiliki sedikit teman di sekolahnya. Namun berbeda dengan pendapat di
atas teman sekolah SMA mnegatakan bahwa Hafitd adalah remaja yang kalem, enak
bergaul dan suko humor. Rekan-rekan Hafitd tidak pernah menyangka
bahwa Hafitd menjadi pelaku pembunuhan. Pasalnya, Hafitd dikenal sebagai anak
baik di lingkungannya. ”Malah dia juga pernah ikut Karang Taruna dan
remaja masjid. Tahu-tahu ada kejadian ini,” Hafitd sebulan lalu saat
shalat Jumat. Saat itu, ia hanya membicarakan masalah film. Menurut Rofi,
Hafitd dikenal suka menonton film. ”Film yang disukanya aneh-aneh, dia
suka film Jackass, itu film
aneh. Tapi enggak tahu, apa pengaruh dari nonton film atau enggak. Karena selama
ini orangnya kalem,” katanya.
Kriminolog Universitas
Indonesia Erlangga Masdiana mengatakan dua pembunuh Ade Sara Angelina
Suroto, Ahmad Imam Al Hafitd Hafitdt dan Assyifa Ramadhani, adalah
psikopat. “Mereka tampak sudah punya nilai kekerasan di dalam diri mereka.
Biasanya orang berkarakter seperti itu disebut psikopat. Manusia awam pasti
akan merasa panik dan tidak nyaman pada pembunuhan pertamanya. Namun, kedua
sejoli ini terlihat tenang. Bahkan, mereka sempat melayat Ade sebelum
ditangkap. “Itu adalah bukti mereka tidak normal. Seorang psikopat, tidak
merasa bersalah pada hal-hal yang dianggap banyak orang salah. Oleh sebab itu,
tidak heran mereka bisa lakukan pembunuhan dengan tenang.
Bustami, kuasa hukum Ahmad
Imam Al Hafitd, 19 tahun, dan Assifa Ramadhani, 18 tahun sempat heran. Dua
remaja itu sempat tertawa saat dimintai keterangan penyidik. “Saya juga
bingung, kok, bisa masih tertawa saat diperiksa,”. Menurut dia, saat melakukan
aksi penganiaayaan itu, keduanya dalam keadaan sadar. Karena itu, dia meminta
penyidik mendatangkan psikolog. Menanggapi permintaan itu, Kepala Satuan
Reserse Kriminal Polresta Bekasi Kota Komisaris Nuredy Irwansyah mengatakan
penyidik membuka peluang untuk mendatangkan psikolog. “Namun, kebutuhan itu
masih menunggu hasil perkembangan penyidikan kedua tersangka,” ujarnya.
“Apabila dibutuhkan akan dilakukan pemeriksaan psikologi.”
Yang
paling mengherankan Assyifa Anggraini ikut terseret dalam kasus pembunuhan Ade
Sara. Padahal, kata Indah, Assyifa dikenal baik dan ramah. “Tampangnya cantik
dan kalem, tapi kok bisa membunuh Ade Sara,” ujarnya. Assyifa pun dikenal
peduli dan terbuka ke sesama temannya. Meski begitu, untuk masalah percintaan,
Assiyfa tertutup. “Dia tidak ngomong soal
Hafitd,” kata Indah. Ia menduga Assyifa cemburu karena kerap dibandingkan
dengan Ade. Soalnya, pernah suatu waktu, saat diajak Hafitd ke rumahnya, adik
Hafitd malah menanyakan Ade Sarah, bukan Assyifa
Pasangan sejoli tersangka
pembunuhan Ade Sara tersebut juga telah menjalani pemeriksaan psikologis.
Hasil pemeriksaan psikologis Hafitd dan Assyifa diungkapkan saat persidangan
nanti. Penyidik melihat tidak ada masalah psikologi pada diri kedua tersangka.
Selama pemeriksaan berlangsung, sikap perilaku keduanya, Hafitd dan Assyifa,
tidak ada masalah. Secara fisik dan psikis juga normal dan dapat menjawab
pertanyaan dengan wajar.
Motif Pembunuhan :
Keduanya merencanakan dan
melakukan pembunuhan bersama tetapi dengan motif berbeda. Hafitd mengaku dendam
karena korban memutuskan hubungan pacarannya dengan alasan perbedaan agama dan
tidak mau bertemu atau dihubungi lagi. Apalagi, kemudian korban berpacaran lagi
dengan laki-laki yang juga berbeda agama. Assyifa dendam dan cemburu
kepada korban karena Hafitd masih terus menelepon dan ingin menemui Sara. Assyifa
yang tengah berpacaran dengan Hafitd khawatir Hafitd kembali menjalin asmara
dengan korban.
Ahmad Imam Al Hafitd dan
Assyifa Ramadhani, sejoli pembunuh Ade Sara Angelina Suroto, melakukan
berbagai cara demi melampiaskan dendam pada korban. Upaya tersebut bahkan
dilakukan jauh hari sebelum peristiwa pembunuhan terjadi. Persoalan antara Ade
dan Hafidt muncul saat keduanya berpacaran sejak duduk di bangku kelas 2 di SMA
36 Jakarta. Namun, hubungan keduanya tidak bertahan lama karena masalah
perbedaan keyakinan. Hubungan itu berakhir setelah mereka berpacaran enam
bulan.
Setelah
itu Ade malah berpacaran dengan seorang adik kelas yang juga berbeda keyakinan.
Itu membuat Hafidzt sakit hati dan dendam kepada mantan kekasihnya itu.
Perasaan kesal itu pun terus berlanjut hingga saat ini. Padahal, Hafidz telah
berpacaran dengan Assyifa Anggraini. Karena kesal, jadi Hafidz sewa hacker untuk membajak
akun Twitter Ade. Rupanya, upaya membajak akun Twitter itu diketahui Ade dan
berujung cekcok antara keduanya. Perselisihan itu akhirnya juga menyeret Syifa
yang membela perlakuan kekasihnya tersebut.
Psikolog Dadang Hawari
menduga ada dua penyebab pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto, mahasiswi
Universitas Bunda Mulia oleh mantan pacarnya, Hafitd dan pacar pelaku,
Assifa Ramadhani. Bisa karena faktor emosi atau dalam pengaruh
narkoba. Faktor emosi disimpulkan karena pembunuhan ini dianggapnya tidak
rasional. Umumnya orang yang putus cinta tidak sampai membunuh orang yang
dicintainya. Kalau dibunuh kan berarti dia kehilangan sama sekali. (Pembunuhan)
ini bisa karena emosi. Kemungkinan kedua, pelaku dalam pengaruh narkoba.
Dadang menyebut penting menelusuri riwayat pelaku memakai narkoba karena
menimbulkan efek paranoid, curiga berlebihan, permusuhan, dan emosi meluap-luap.
Meskipun mungkin tes urin negatif, siapa tahu di masa lalu mengkonsumsi
narkoba. Apalagi anak muda.
Minta maaf :
Suroto orangtua Ade Sara,
berharap orang tua kedua tersangka pembunuh anaknya, Ade Sara Angelina,
meminta maaf. Suroto menginginkan orang tua Ahmad Imam Al-Hafitd, 19 tahun, dan
Assyifa Ramadhani, 18 tahun, mendatangi rumahnya dan meminta maaf di hadapan
publik. ”Kami sangat berharap seperti itu,”. “Kami mau mereka berjiwa
besar dan mengakui serta meminta maaf di hadapan keluarga besar kami.” Suroto
mengaku sampai saat ini kedua orang tua pelaku yang membunuh anaknya itu belum
mendatanginya. Apalagi, kata Suroto, kejadian ini sudah berjalan lebih dari dua
hari sejak anaknya ditemukan tewas di Jalan Tol Bintara Kilometer 41, Bekasi
Timur, pada Rabu, 5 Maret, pukul 04.00 WIB
Berbeda
dengan ibu Ade Sara, Elizabeth. Elisabeth Diana tak kuasa menahan duka
atas kejadian yang menimpa putrinya. Elisabeth, yang ditemui seusai
pemakaman Ade Sara, mengatakan, dia memaafkan pembunuh putri tunggalnya
itu. ”Saya yakin mereka anak yang baik. Hanya, saat itu mereka tidak bisa
menguasai sisi jahat dari diri mereka,” kata Elisabeth. Elisabeth mengaku
pernah bertemu Hafitd, bahkan sudah menganggap anak muda itu seperti putranya
sendiri. Elisabeth juga membenarkan anaknya memang pernah berpacaran dengan
Hafitd semasa SMA. ”Waktu pacaran mereka sangat romantis. Hafitd sering
ke rumah dan ngajak Sara
jalan-jalan,” ujar Elisabeth. Menurut Elisabeth, kondisi itu berubah
setelah hubungan Ade Sara dan Hafitd tak berlanjut. Hafitd bahkan kerap
melontarkan bahasa kasar terhadap anaknya melalui Twitter. Elisabeth
menyatakan, putrinya itu sempat menunjukkan perkataan kasar dan tidak sopan
dari Hafitd. Sara saat itu marah karena membaca perkataan mantan pacarnya itu. ”Saya
bilang begini, kalau sudah putus, ya sudah jaga hubungan yang baik. Tapi, dia
(Sara) bilang ‘enggak bisa Ma’ (Mama-red). ‘Mama enggak tahu sih’. Dia (Sara)
tunjukkan ke saya perkataan Hafitd di Twitter, dia foto dan kirim ke saya.
Memang pantas (Sara) marah. Saya bisa menyadari, (perkatan Hafitd) kurang
sopan,” ujar Elisabeth. Elisabeth memercayakan sepenuhnya proses hukum
kasus pembunuhan itu kepada kepolisian. “Saya percaya setelah proses hukum
dilaksanakan, Hafitd dan Assyifa jadi anak yang baik. Saya yakin mereka anak
baik,” ujar Elisabeth.
0 komentar: